di tengah megahnya Kota Surabaya, Pesantren Nurul Qurani Al Basuni berdiri sederhana di Peneleh Gang V. Tempat itu konon merupakan Pesantren Tahfidzul Quran atau pesantren hafalan Alquran tertua di Surabaya. Bangunannya sederhana. Hanya rumah dua lantai dengan cat hijau, lengkap dengan nama-nama wali atau sunan di bagian jendela. Pesantren itu berhadapan langsung dengan Masjid Jami Peneleh. Ketika masuk ke pesantren pada Rabu 14/4, beberapa santriwati menyambut. Sambil mengobrol, sesekali mereka melirik Alquran kecil di tangannya. ”Lagi menghafal. Nanti sore jadwal saya setor,” ujar Arina, salah satu santriwati yang menemui Nyai Aminah, 71, istri KH Dahlan Basyuni, pendiri pesantren, berbaring di atas ranjang di ruang tamu. Meski sulit berkomunikasi karena faktor usia, Nyai -begitu santri memanggilnya, masih menerima setoran hafalan Quran santriwan dan santriwati. Dzuriyah, salah seorang wakil dari Nyai Aminah, bercerita bahwa pesantren tersebut kini hanya memiliki 15 santriwan dan santriwati. Mereka datang dari berbagai kota di Indonesia. ”Ada yang dari Jakarta, Rembang, Gresik, dan Pacitan,” tutur Dzuriyah. Dzuriyah menjelaskan, per bulan, santri membayar sekitar Rp 300 ribu rupiah. Nominal itu untuk biaya makan dan pendidikan. ”Siapapun bisa daftar. Pagi mendaftar, malamnya bisa langsung jadi santri. Usia santri 18–20 tahun. Rata-rata sudah lulus SMA,” ujar Dzuriyah. Ubaidur Rachman, keponakan Nyai Aminah menjelaskan, dulunya bangunan pesantren menjadi satu dengan Masjid Jami Peneleh. Lantai dua pondok pesantren terhubung dengan masjid. Kegiatan di Nurul Qurani Al Basuni tidak jauh berbeda dari pesantren lai. Yakni hapalan Alquran, kemudian setor pada ustaz atau ustazah. ”Biasanya, kalau malam Jumat ada baca burdah atau diba shalawat Nabi,” terang Ubaidur Rachman. Pondok pesantren itu didirikan sekitar tahun 1966. Dalam arsip asli pondok, dijelaskan bahwa pondok itu bukan warisan dari orang tua, sebagaimana yang lazim terjadi di pesantren salaf lainnya. Pesantren itu berawal dari pengajian rutin warga kampung. Kemudian, lama-lama berdatangan santri luar yang menetap. Hingga pada 1970 ada sekitar 70 santri. ”Santri itu kebanyakan dari luar Jawa. Sebagian santri datang dari Malaysia. Pada tahun yang sama, Yai Lan panggilan KH Dahlan Basuni, pendiri pesantren haji selama 2 tahun. Setelah kembali, kemudian ke Malaysia dan kembali ke Surabaya pada 1980,” papar Ubaidur. Sebelumnya, pondok pesantren itu menempati bagian masjid. Kemudian sekitar tahun 1985, pindah ke luar masjid, sekitar 100 meter dari lokasi masjid. Alasannya, teras masjid yang digunakan sebagai sarana pondok dibongkar. Kemudian tiga kamar santri di dalam masjid atas yang menuju ke menara telah dikosongkan dan menjadi gudang. ”Di tempat yang baru, bangunan bertingkat dua dengan sepuluh kamar. Pondok pesantren putri didirikan pada 1970 dan diasuh Nyai Hj Aminah. Tempatnya di atas rumah beliau,” ujar Ubaidur Rachman. Awalnya, lanjut Ubaidur, pesantren itu diberi nama Roudlotul Ta’limil Qur’an. Kemudian diganti menjadi Pondok Pesantren Sunan Ampel. Lalu berganti lagi menjadi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an atau lebih terkenal dengan nama Pondok Peneleh. ”Modal utama Yai Lan mendirikan pesantren adalah karena beliau meyakini bahwa Alquran adalah petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapapun yang mempelajari, mempercayai dan mengamalkannya. Yai Lan punya beberapa tujuan yakni menyebarluaskan Syiar Islam dengan menyebarluaskan Alquran,” papar Ubaidur Rachman. Selain itu, untuk mendorong kaum muslimin agar lebih mencintai dan gemar membaca, menghayati, memahami, dan melaksanakan ajaran Alquran dan menyiapkan generasi Qurani. ”Di sini juga kam memperbaiki dan meningkatkan kemampuan tahfidz para santri, menyebarluaskan hikmah yang terkandung dalam Alquran, dan membangun masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup jamaah,” papar Ubaidur Rachman. Saksikan video menarik berikut ini
Defry Alumni Al Manar Khatamkan Hafalan Al Qur'an 30 Juz di STIDKI Surabaya; Family Gathering, Momen Keakraban Keluarga Besar Pesantren Al Manar; Gandeng BSI, Pesantren Al Manar Luncurkan Kartu Bayar Santri Cashless; Tgk. Ikhram M. Amin : Guru Pesantren Harus Banyak Membaca, Perkaya Wawasan; Wakaf H Azhar Manyak Wujudkan Pesantren Al-Manar
Petunjukarah dari Pondok Pesantren Putri An Naslichah di Malang ke tempat-tempat populer: Dari Pondok Pesantren Putri An Naslichah ke Toko kelontong; Surabaya, 337 berjarak 784 meter , dengan berjalan 11 menit. Jalan Raya Malang - Surabaya, 46 berjarak 837 meter , dengan berjalan 12 menit.
PesantrenNU Putri Khadijah Surabaya by Budi 17.537 Views Sabtu, 30 Juni 2018 Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Profil Dilahirkan atas inisiatif Pengurus cabang Muslimat NU Kota Surabaya yang diketuai oleh Ibu Hj. Yasin sekitar th 1956. Asrama Putri NU mulai dibangun tahun 1956 dan selesai tahun 1959, diresmikan oleh Menteri Agama KH. .